Truk Tabrak Kerumunan di New Orleans Saat Tahun Baru Tewaskan 15 Orang, Biden: Pelaku Terinspirasi ISIS
Pelaku tabrakan kerumunan pada perayaan Tahun Baru di New Orleans, Amerika Serikat (AS), adalah seorang veteran Angkatan Darat AS. Dia ditembak mati petugas setelah mencoba menghindari blokade polisi.
Adapun jumlah korban tewas akibat tragedi ini menjadi 15 orang.
FBI menyatakan mereka sedang menyelidiki tragedi pada Rabu (1/1/2024) dini hari sebagai tindakan terorisme dan tidak percaya bahwa pengemudi bertindak sendirian. Penyidik menemukan senjata api dan benda yang diyakini seperti perangkat peledak improvisasi di dalam kendaraan, bersama dengan perangkat peledak lainnya yang ditemukan di tempat lain di kawasan French Quarter.
Presiden Joe Biden mengungkapkan pada Rabu malam bahwa FBI menemukan video yang diunggah oleh pengemudi ke media sosial beberapa jam sebelum tabrakan, di mana dia menyatakan dirinya terinspirasi oleh kelompok ISIS dan memiliki keinginan untuk membunuh.
Tindak kekerasan ini mengubah Bourbon Street yang meriah di tengah perayaan Tahun Baru menjadi kekacauan yang mengerikan dengan korban yang terluka parah hingga pejalan kaki yang menyelamatkan diri ke dalam klub malam dan restoran. Selain korban tewas, puluhan orang terluka, dan pertandingan sepak bola di Superdome yang dekat lokasi kejadian ditunda hingga Kamis (2/1).
Zion Parsons (18) dari Gulfport, Mississippi, mengatakan bahwa dia melihat truk itu melaju dengan cepat, menerjang orang-orang hingga terlempar ke udara, seperti dalam adegan film.
“Jasad bertebaran di sepanjang jalan, semua orang berteriak dan menjerit,” kata Parsons, yang temannya, Nikyra Dedeaux, adalah salah satu korban yang tewas, seperti dikutip dari kantor berita AP.
Kepala Polisi New Orleans Anne Kirkpatrick menuturkan, “Ini bukan sekadar tindakan terorisme. Ini lebih kejam.”
Pengemudi tersebut berhasil melewati langkah-langkah pengamanan yang ada untuk melindungi pejalan kaki, ungkap Kirkpatrick, dan dia melakukannya dengan tekad untuk menciptakan kekacauan dan kerusakan yang terjadi.
FBI mengidentifikasi pengemudi sebagai Shamsud-Din Jabbar (42), seorang warga negara AS asal Texas, dan mengatakan bahwa mereka sedang bekerja untuk mengetahui kemungkinan hubungan Jabbar dengan organisasi teroris.
“Kami tidak percaya bahwa Jabbar bertanggungjawab sendirian,” ujar Asisten Agen Khusus FBI Alethea Duncan.
Bendera ISIS
Pihak berwenang seperti dilaporkan AP menuturkan bahwa Jabbar mengemudikan truk pikap sewaan ke trotoar, menghindari mobil polisi yang ditempatkan untuk memblokir lalu lintas. Sistem penghalang yang seharusnya mencegah serangan kendaraan sedang dalam perbaikan untuk persiapan Super Bowl yang akan digelar pada Februari.
“Jabbar tewas ditembak polisi setelah keluar dari truk dan menembak petugas yang datang merespons,” ungkap Kirkpatrick.
Tiga petugas membalas tembakan, dua di antaranya tertembak namun kondisinya stabil.
Seorang pejabat penegak hukum yang berbicara dengan syarat anonim karena tidak diberi izin untuk berbicara secara terbuka menyebutkan bahwa penyidik menemukan senjata api jenis pistol dan senapan bergaya AR di lokasi kejadian.
Sebuah foto yang beredar di kalangan pejabat penegak hukum menunjukkan Jabbar yang berjanggut mengenakan pakaian kamuflase di samping truk setelah dia tewas. Buletin intelijen yang diperoleh AP juga menyebutkan dia mengenakan rompi pelindung balistik dan helm. Sementara itu, FBI mengatakan ada bendera ISIS di pengait trailer truk tersebut.
Jabbar bergabung dengan Angkatan Darat AS pada tahun 2007, bertugas dalam bidang sumber daya manusia dan teknologi informasi, serta dikerahkan ke Afghanistan pada 2009-2010. Dia kemudian dipindahkan ke Cadangan Angkatan Darat pada 2015 dan keluar pada 2020 dengan pangkat sersan staf.
Gubernur Louisiana Jeff Landry mengimbau masyarakat untuk menghindari tempat kejadian perkara, yang masih merupakan lokasi kejahatan yang sedang diselidiki.
Biden, yang berbicara dari tempat peristirahatan presiden di Camp David, menyebut tabrakan truk sebagai tindakan yang “keji” dan “kejam”.
“Hati saya bersama para korban dan keluarga mereka yang hanya ingin merayakan liburan,” ujar Biden. “Tidak ada pembenaran untuk kekerasan dalam bentuk apapun dan kami tidak akan menoleransi serangan apapun terhadap komunitas manapun di negara kita.”