Meta, perusahaan induk Facebook, menyumbangkan USD 1 juta atau sekitar Rp16 miliar (dengan kurs 15.980) untuk pelantikan Donald Trump. Sumbangan ini pertama kali dilaporkan oleh Wall Street Journal dan diyakini menjadi bagian dari upaya terbaru oleh Meta dan CEO-nya, Mark Zuckerberg, untuk memperbaiki hubungan dengan presiden terpilih.
Kabar ini muncul beberapa minggu setelah Zuckerberg makan malam bersama Trump di Mar-a-Lago.
Meta mengonfirmasi sumbangannya kepada The Guardian pada Kamis (12/12/2024), namun tidak memberikan rincian mengenai alasan sumbangan tersebut.
Menurut New York Times, saat makan malam di Mar-a-Lago bulan lalu, Zuckerberg dilaporkan mengucapkan selamat kepada Trump atas kemenangannya dan keduanya berbicara santai. Zuckerberg juga bertemu dengan Senator Marco Rubio, calon menteri luar negeri Trump, serta beberapa penasihat Gedung Putih lainnya.
Juru bicara (jubir) Meta mengatakan kepada BBC bahwa Zuckerberg berterima kasih atas undangan makan malam dengan Trump dan kesempatan untuk bertemu timnya di pemerintahan yang akan datang.
“Ini adalah waktu yang penting untuk masa depan inovasi Amerika Serikat (AS),” ungkap jubir Meta.
Sebelum makan malam, tim Zuckerberg sudah memberi tahu tim pelantikan Trump tentang rencana sumbangan Meta. Sumbangan ini dinilai menunjukkan perubahan sikap Meta karena sebelumnya Meta tidak menyumbang untuk dana pelantikan Trump pada 2017 atau Joe Biden pada 2021.
Hubungan antara Trump dan Meta tegang selama beberapa tahun. Trump sering menuduh perusahaan itu tidak adil dalam menyensor dirinya dan suara konservatif lainnya. Pada Maret tahun ini, Trump bahkan menyebut Facebook sebagai “musuh rakyat”.
Ketegangan yang Melunak
Sebelumnya pada bulan yang sama, Trump menulis di Truth Social bahwa jika terpilih kembali, “penipu pemilu” akan dipenjara dan dia menyebut nama Zuckerberg.
“Jika saya terpilih sebagai presiden, kami akan mengejar para penipu pemilu dengan cara yang belum pernah dilihat sebelumnya dan mereka akan dipenjara untuk waktu yang lama,” tulis Trump. “Kami sudah tahu siapa kalian. JANGAN LAKUKAN ITU! ZUCKERBUCKS, hati-hati!”
Trump menuduh Zuckerberg bersekongkol melawannya dalam Pilpres AS 2020.
Namun, selama musim panas, New York Times melaporkan bahwa Zuckerberg dan Trump melakukan sejumlah percakapan telepon pribadi. Dalam salah satu percakapan tersebut, Zuckerberg dilaporkan mengucapkan harapan baik kepada Trump setelah percobaan pembunuhannya di Butler, Pennsylvania, pada 13 Juli. Zuckerberg disebut mengungkapkan pula bahwa dirinya mendoakan Trump.
Dalam wawancara pada Juli dengan Bloomberg, Zuckerberg secara terbuka memuji reaksi Trump atas percobaan pembunuhan terhadap dirinya di Pennsylvania – tepatnya saat Trump berdiri dan mulai mengangkat tinjunya. Zuckerberg menggambarkan momen tersebut sebagai “salah satu hal paling keren yang pernah saya lihat dalam hidup saya.”
Zuckerberg kemudian menyatakan penyesalannya atas beberapa keputusan politiknya dalam sebuah surat kepada Kongres pada akhir Agustus dan menuduh pemerintahan Biden telah memberi tekanan pada Meta pada 2021 untuk menyensor lebih banyak konten COVID-19.
Zuckerberg Mengincar Jabatan di Pemerintahan Trump?
Pria berusia 40 tahun itu tidak mendukung kandidat manapun dalam Pilpres AS 2024 dan menyatakan ingin menjauhi politik.
Sementara itu, dalam sebuah podcast pada Oktober, Trump mengaku dia kini lebih menyukai Zuckerberg, dengan mengatakan “Saya sebenarnya percaya dia akan tetap menjauhi pemilu, itu bagus.”
Setelah kemenangan Trump dalam pemilu pada November, Zuckerberg mengucapkan selamat dan mengatakan bahwa dia menantikan untuk bekerja dengan presiden terpilih.
“Kita memiliki peluang besar di depan sebagai sebuah negara. Saya menantikan untuk bekerja dengan Anda dan pemerintahan Anda,” tulisnya.
Pada awal bulan ini, laporan menunjukkan bahwa Zuckerberg sedang mencari “peran aktif” dalam keputusan kebijakan teknologi di pemerintahan Trump.
Presiden urusan global Meta, Nick Clegg, yang juga mantan wakil perdana menteri Inggris, mengatakan bahwa Zuckerberg ingin terlibat dalam “perdebatan tentang bagaimana menjaga kepemimpinan AS di bidang teknologi”.