Pasukan pemberontak Suriah mengatakan bahwa mereka berencana untuk menutup penjara Saydnaya yang dijalankan oleh Bashar al-Assad.
Pemimpin pemberontak Suriah Ahmed al-Sharaa yang juga dikenal sebagai Abu Mohammed al-Jolani mengatakan bahwa ia akan membubarkan pasukan keamanan rezim sebelumnya.
Video-video yang memperlihatkan ribuan tahanan dibebaskan dari penjara Saydnaya — yang disebut sebagai “rumah pemotongan manusia” oleh kelompok-kelompok HAM — muncul setelah runtuhnya pemerintahan Assad, dikutip dari laman BBC, Kamis (12/12/2024).
Hampir 60.000 orang disiksa dan dibunuh di penjara-penjara yang dijalankan oleh Assad, kata kelompok pemantau yang berbasis di Inggris, Syrian Observatory for Human Rights.
Kelompok militan Islamis pimpinan Jolani, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), memimpin kelompok pemberontak Suriah lainnya dalam serangan kilat yang menggulingkan kekuasaan dinasti Assad selama 54 tahun.
Assad melarikan diri ke Rusia pada Minggu (8/12) dini hari, tempat ia dan keluarganya diberi suaka, setelah pemberontak merebut ibu kota Damaskus.
Dalam pernyataan terpisah, Jolani mengatakan bahwa pengampunan bagi mereka yang terlibat dalam penyiksaan atau pembunuhan tahanan tidak mungkin dilakukan.
“Kami akan mengejar mereka di Suriah dan kami meminta negara-negara untuk menyerahkan mereka yang melarikan diri sehingga kami dapat mencapai keadilan,” katanya.
Sejak jatuhnya Presiden Bashar al-Assad, warga Suriah telah berbondong-bondong ke penjara-penjara rezim yang terkenal kejam itu, dengan putus asa mencari orang-orang yang mereka cintai.
Penjara Saydnaya Jadi Kamp Kematian
Dalam laporan tahun 2022, Asosiasi Tahanan dan Orang Hilang di Penjara Saydnaya (ADMSP) yang berbasis di Turki mengatakan Saydnaya “secara efektif menjadi kamp kematian” setelah dimulainya perang saudara pada tahun 2011.
Jolani juga mengatakan, dia akan membubarkan pasukan keamanan bekas rezim Assad. Tidak jelas seberapa cepat mereka dapat dibentuk kembali oleh pejuang pemberontak di tengah kekhawatiran tentang serangan Israel terhadap infrastruktur militer negara itu.
Dalam pernyataan yang dilihat oleh Reuters, Jolani mengatakan bahwa kelompoknya bekerja sama dengan organisasi internasional untuk mengamankan kemungkinan lokasi senjata kimia.
Ketika ditanya tentang laporan Reuters, Wakil Sekretaris Pers Pentagon Sabrina Singh mengatakan bahwa Amerika Serikat “menyambut baik” kata-kata Jolani tetapi mengatakan bahwa kata-kata itu perlu ditanggapi dengan tindakan.
“Fokus kami adalah agar senjata kimia ini tidak jatuh ke tangan yang salah”, tambahnya.