Bentrok 2 Suku Pakistan Pakai Mortir Hingga Roket Tewaskan 30 Orang, Ini Alasan Pemicunya
Bentrok antar dua suku di Pakistan menelan korban jiwa.
“Setidaknya 30 orang tewas dan 145 lainnya cedera dalam bentrokan bersenjata antara dua suku yang memperebutkan sebidang tanah di distrik suku yang bergolak di Pakistan barat laut, ” kata pihak berwenang pada hari Minggu (28/7) seperti dikutip dari Indian Express, Senin (29/7/2024).
Pihak berwenang mengatakan bahwa bentrokan hebat dimulai lima hari lalu di Desa Boshera di Distrik Upper Kurram, yang telah menyaksikan konflik mematikan antara suku dan kelompok agama serta bentrokan sektarian dan serangan militan di masa lalu.
Polisi mengatakan bentrok antar suku tersebut menyebabkan 30 orang tewas dan 145 lainnya cedera dalam lima hari terakhir di distrik Kurram, Khyber Pakhtunkhwa, yang berbatasan dengan Afghanistan.
Pihak berwenang dengan bantuan para tetua suku, pimpinan militer, polisi, dan administrasi distrik telah menengahi gencatan senjata antara suku Syiah dan Sunni di daerah Boshera, Malikhel, dan Dandar beberapa waktu lalu, kata polisi.
Namun, penembakan masih terus berlangsung di beberapa bagian lain distrik tersebut. Seorang pejabat mengatakan berbagai upaya sedang dilakukan untuk mencapai gencatan senjata di daerah-daerah yang tersisa.
Para pejuang suku telah mengosongkan parit-parit, yang sekarang berada di bawah kendali para penegak hukum.
Adapun bentrokan pecah antara kedua suku tersebut karena sengketa tanah empat hari lalu. Lalu menyebar ke daerah-daerah lain, termasuk Peewar, Tangi, Balishkhel, Khaar Kalay, Maqbal, Kunj Alizai, Para Chamkani, dan Karman.
Penduduk setempat mengatakan para pesaing menggunakan senjata berat dan canggih, termasuk mortir dan peluncur roket, terhadap satu sama lain.
Mereka mengatakan bahwa mortir dan roket juga ditembakkan ke Parachinar dan Sadda, kota-kota utama di distrik Suku Kurram.
“Setidaknya ada empat gelombang serangan dalam baku tembak tadi malam (Sabtu 27 Juli) yang mengakibatkan lebih banyak korban,” kata seorang pihak berwenang.
Semua lembaga pendidikan dan pasar ditutup, sementara lalu lintas di jalan-jalan utama tetap dihentikan pada siang hari.
Kontingen besar polisi dan pasukan keamanan telah dikerahkan di daerah-daerah yang terkena dampak, pihak berwenang menambahkan.
Bentrok Antar-Suku di Sudan Tewaskan 87 Orang
Sementara itu, sebanyak 87 orang telah tewas dalam bentrok antar suku yang telah berlangsung selama lima hari di wilayah Darfur Barat, Sudan.
Ribuan orang juga dilaporkan berupaya menyelamatkan diri dari pertempuran tersebut.
“Komite telah mencatat jumlah korban terbaru. Total 87 tewas dan 191 luka-luka,” kata Komite Dokter Darfur Barat, seperti dilansir AFP, Kamis (8/4/2021).
Jumlah korban jiwa terakhir yang dikeluarkan pada Selasa malam oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencapai 56 orang.
Pada 3 Maret 2021, terjadi perang antara Massalit dan komunitas Arab di Sudan. Peristiwa itu menyebabkan ribuan orang melarikan diri.
Beberapa orang juga melarikan diri ke negara tetangga Chad, menurut PBB.
Sementara itu, penduduk El Geneina dan PBB telah melaporkan hari-hari pertempuran termasuk tembak-menembak. Insiden tersebut mengakibatkan pembangkit listrik hancur, ambulans diserang dan granat berpeluncur roket menghantam Rumah Sakit utama Sultan Tajeldin.
Rumah sakit lain juga rusak dalam pertempuran itu. Komite dokter mengecam dengan menyebut aksi itu sebagai “perilaku biadab yang tidak dapat dibenarkan dalam keadaan apapun”.
Menurut PBB, Hal ini adalah wabah terbaru di antara masyarakat sejak Januari, yang telah memaksa lebih dari 100.000 orang meninggalkan rumah mereka
Pemerintah Sudan pada 5 April 2021 mengumumkan keadaan darurat dan mengerahkan pasukan ke Darfur Barat.
PBB juga telah menangguhkan penerbangan dan operasi bantuan ke kota itu, pusat utama bantuan kemanusiaan – sebuah keputusan yang menurut badan dunia akan mempengaruhi lebih dari 700.000 orang.
Perang Antar Suku di Timika, 2 Orang Tewas
Perang antar suku juga pernah terjadi di Timika. Sesosok jenazah tak dikenal awalnya dievakuasi polisi dari wilayah satuan pemukiman atau yang kerap disebut sebagai SP1. Masih di wilayah yang sama, polisi kembali menemukan sesosok jenazah.
Diduga ke-2 jenazah itu merupakan korban bentrok antara Suku Dani dan Suku Moni di wilayah Jayanti, Timika, Papua.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Senin (28/4/2014), saksi mata menuturkan, saat malam kejadian ia sempat mendengar suara banyak orang berlarian disekitar rumahnya.
Di pusat Kota Timika, warga Komplek Kwamki Baru di Jalan Trikora, bersiaga. Mereka mengantisipasi kabar akan adanya serangan dari warga Kwamki Lama.
Sementara, kabar yang beredar itu memicu kepanikan warga. Terutama aktivitas sekolah. Seperti SDN Timika 2, yang terpaksa memulangkan para siswa-nya lebih awal. Polisi pun mengerahkan sejumlah kendaraan untuk membantu pihak sekolah.
Pemda setempat seolah tidak menanggapi serius, perang antar suku yang mulai menyentuh wilayah di dalam Kota Timika. Hingga kini belum ada langkah konkret untuk mendamaikan ke-2 belah pihak atau mendinginkan suasana.
Perang suku di wilayah Jayanti, Timika, antara Suku Dani dan Suku Moni, diduga dipicu masalah sengketa lokasi lahan Jalan Trans Nabire.